Dari sekian banyak Desa Wisata binaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bantul, Desa Wisata Gilangharjo, Pandak memiliki keunikan yang tak ditemukan di daerah lain. Apa itu?
AHMAD RIYADI, Bantul
Sepintas Desa Gilangharjo, memang tidak jauh berbeda dengan kampung lain di Kabupaten Bantul. Namun setelah masuk ke perkampungan, ada sejumlah keunikan lain di desa yang jaraknya hanya sekitar tiga kilometer dari Kota Bantul ini. Demi memajukan kampungnya, sejak 2010 lalu masyarakat bertekad mengelola kampungnya sebagai Desa Wisata.
Gilangharjo memiliki luas lahan 726 hektare dengan 16.390 penduduk. Untuk memaksimalkan potensi yang ada warga membentuk Kelompok Sadar Wisata Gilangharjo (Pokgijo) dan mengelola wisata secara profesional. ’’Untuk mempermudah pengelolaan dan pemasaran, kami membuat berbagai devisi seperti devisi pemasaran/promosi, devisi bidang homestay, transportasi, kuliner, atraksi dan budaya,’’ kata ketua Pokgijo Slamet Hidayat.
Pemandu wisata atau guide juga ada sendiri. Mereka mendampingi wisatawan yang selama berada di desa ini. Wisatawan bisa menginap di rumah warga sekaligus ikut memasak di tungku yang biasa dilakukan masyarakat pedesaan.
Untuk paket homestay, ditawarkan mulai Rp 80 ribu hingga Rp 250 ribu per malam.
’’Ada paket homestay Rp 250 ribu. Paket itu termasuk menginap di rumah warga selama tiga malam, belajar membuat topeng, membatik, bertani di sawah sampai belajar memasak bersama ibu-ibu di dapur,” terang Slamet.
Untuk nonpaket, wisatawan asing yang ingin bermalam di kawasan homestay hanya dikenakan biaya Rp 80 ribu. Sedangkan wisatawan lokal Rp 60 ribu.’’Yang ingin menyewa pendapa sanggar Gono Gini Gino cukup membayar Rp 100 ribu permalam,” tambahnya.
Daya tarik lain di desa yang terkenal sebagai sentra kerajinan topeng ini, wisatawan bias belajar langsung membuat kerajinan topeng berbahan kayu. Salah seorang perajin topeng kayu Jamhari mengatakan sudah ada puluhan wisatawan yang berkunjung ke rumahnya untuk sekadar melihat secara langsung proses pembuatan topeng terbuat dari kayu tersebut. ’’Banyak juga yang minta diajari membuat topeng,” terangnya.
Keahlian Jamhari membuat kerajinan topeng kayu ini didapat secara otodidak ketika masih duduk dibangku SMKI Kasihan beberapa tahun lalu. Merasa dirinya mampu, dia kemudian membuka usaha sendiri di rumahnya di Desa Gilangharjo ini.
’’Saya membuat topeng berdasarkan pesanan atau saat ada rombongan wisatawan datang ke sini,’’ katanya sambil menuntaskan topeng pesanan seniman Didik Nini Towok.(*/din)
sumber : radarjogja.co.id
kategori : kerajinan topeng kayu batik jogja
0 komentar:
Posting Komentar